Sabtu, 13 Maret 2010

Kuliah Kapita Selekta: Berbicara dengan Gambar

Sabtu, 13 Maret 2010 jam 09.00 adalah waktunya kuliah Kapita Selekta untuk minggu kedua di bulan Maret 2010. Pembicara kala itu adalah Bapak Tjokorda, dosen saya di Institut Teknologi Telkom Bandung.
Ada satu hal yang menarik dari kuliah itu yaitu mengenai image processing. Ketika pertama kali membaca tentang tema yang akan dibahas dalam kuliah ini yaitu Berbicara dengan gambar, terbersit konsep mind map yang pernah diajarkan guru biologi saya ketika semasa SMA. Namun, bersitan saya tidak sepenuhnya meleset.
Inti dari image processing menurut saya adalah bagaimana pemikiran/aksi manusia di implementasikan oleh komputer.

Dari kuliah itu saya mendapatkan ide tentang Tugas Akhir (Walaupun saya belum mengambil mata kuliah ini) yaitu bagaimana mendeteksi banjir dari foto satelit. Saya pun mencoba mencari keyword detection flood
di mbah google dan akhirnya saya menemukan topiknya di
http://ieeexplore.ieee.org/Xplore/login.jsp?url=http%3A%2F%2Fieeexplore.ieee.org%2Fiel5%2F4290919%2F4290920%2F04290941.pdf%3Farnumber%3D4290941&authDecision=-203
kalau software ini dapat dibuat dan diimplementasikan di daerah bandung, saya yakin ini akan mempermudah gerak relawan Indonesia ketika banjir datang sehingga proses evakuasi dapat berjalan dengan cepat.
Idenya bagaimana satelit merekam kondisi bumi dari angkasa luar(kondisi Bandung misalnya) dan ketika ada perubahan dari foto sebelumnya dan dalam hal ini mengindikasikan adanya banjir maka sistem mengirimkan sinyal alarm kepada wilayah terdekat dengan banjir (pos relawan yang ada) untuk segera tanggap.
Seperinya butuh kerja keras untuk membuat sistem seperti ini. Pernah saya mendengar bahwa informatika tanpa dibarengi dengan ilmu-ilmu lain adalah nol. Benar juga bahwa kita menggunakan multidisiplin dalam membuat suatu proyek. Kalau dalam kasus ini kita menggunakan konsep Artificial Intelligence dan image processing tentunya. Ayo, semangat pemuda Indonesia!!
Continue reading »»

Kamis, 11 Maret 2010

Shubuh on Fire

Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Bagi teman-temana yang sering sholat shubuh kesiangan berikut ini tips-tips yang semoga membantu ubtuk bangun shubuh tepat waktu:
1. Ikhlas
2. Tekad yang kuat
3. Hidari dosa
4. Berdo'a

5. Berteman dengan orang shalih
6. Perhatikan waktu dan cara tidur
7. Bikin pamflet tentang keutamaan shalat shubuh
8. Buat kegaduhan di waktu shubuh
9. Kampanyekan sholat shubuh
10.Perhatikan makanan
11.Perhatikan tata ruang kamar.

sumber: bedah buku shubuh on fire @MSU kamis, 11 Maret 2010
Continue reading »»

Rabu, 03 Maret 2010

Syahidnya Nasibah

Hari itu Nasibah tengah berada di dapur. Suaminya, Said tengah beristirahat di kamar tidur. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan gunung-gunung batu yang runtuh. Nasibah menebak, itu pasti tentara musuh. Memang, beberapa hari ini ketegangan memuncak di sekitar Gunung Uhud.
Dengan bergegas, Nasibah meninggalkan apa yang tengah dikerjakannya dan masuk ke kamar. Suaminya yang tengah tertidur dengan halus dan lembut dibangunkannya. “Suamiku tersayang,” Nasibah berkata, “aku mendengar suara aneh menuju Uhud. Barang kali orang-orang kafir telah menyerang.”

Said yang masih belum sadar sepenuhnya, tersentak. Ia menyesal mengapa bukan ia yang mendengar suara itu. Malah istrinya. Segera saja ia bangkit dan mengenakan pakaian perangnya. Sewaktu ia menyiapkan kuda, Nasibah menghampiri. Ia menyodorkan sebilah pedang kepada Said.
“Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang sebelum menang….”
Said memandang wajah istrinya. Setelah mendengar perkataannya seperti itu, tak pernah ada keraguan baginya untuk pergi ke medan perang. Dengan sigap dinaikinya kuda itu, lalu terdengarlah derap suara langkah kuda menuju utara. Said langsung terjun ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk. Di satu sudut yang lain, Rasulullah melihatnya dan tersenyum kepadanya. Senyum yang tulus itu makin mengobarkan keberanian Said saja.

Di rumah, Nasibah duduk dengan gelisah. Kedua anaknya, Amar yang baru berusia 15 tahun dan Saad yang dua tahun lebih muda, memperhatikan ibunya dengan pandangan cemas. Ketika itulah tiba-tiba muncul seorang pengendara kuda yang nampaknya sangat gugup.

“Ibu, salam dari Rasulullah,” berkata si penunggang kuda, “Suami Ibu, Said baru saja gugur di medan perang. Beliau syahid…”

Nasibah tertunduk sebentar, “Inna lillah…..” gumamnya, “Suamiku telah menang perang. Terima kasih, ya Allah.”

Setelah pemberi kabar itu meninggalkan tempat itu, Nasibah memanggil Amar. Ia tersenyum kepadanya di tengah tangis yang tertahan, “Amar, kaulihat Ibu menangis? Ini bukan air mata sedih mendengar ayahmu telah syahid. Aku sedih karena tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan pagi para pejuang Nabi. Maukah engkau melihat ibumu bahagia?”

Amar mengangguk. Hatinya berdebar-debar.
"Ambilah kuda di kandang dan bawalah tombak. Bertempurlah bersama Nabi hingga kaum kafir terbasmi.”
Mata amar bersinar-sinar. “Terima kasih, Ibu. Inilah yang aku tunggu sejak dari tadi. Aku was-was seandainya Ibu tidak memberi kesempatan kepadaku untuk membela agama Allah.”

Putra Nasibah yang berbadan kurus itu pun segera menderapkan kudanya mengikut jejak sang ayah. Tidak tampak ketakutan sedikitpun dalam wajahnya. Di depan Rasulullah, ia memperkenalkan diri. “Ya Rasulullah, aku Amar bin Said. Aku datang untuk menggantikan ayah yang telah gugur.”
Rasul dengan terharu memeluk anak muda itu. “Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar. Allah memberkatimu….”

Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan darah berlangsung sampai sore. Pagi-pagi seorang utusan pasukan islam berangkat dari perkemahan mereka meunuju ke rumah Nasibah. Setibanya di sana, perempuan yang tabah itu sedang termangu-mangu menunggu berita, “Ada kabar apakah gerangan kiranya?” serunya gemetar ketika sang utusan belum lagi membuka suaranya, “apakah anakku gugur?”

Utusan itu menunduk sedih, “Betul….”
“Inna lillah….” Nasibah bergumam kecil. Ia menangis.
“Kau berduka, ya Ummu Amar?”
Nasibah menggeleng kecil. “Tidak, aku gembira. Hanya aku sedih, siapa lagi yang akan kuberangkatan? Saad masih kanak-kanak.”

Mendegar itu, Saad yang tengah berada tepat di samping ibunya, menyela, “Ibu, jangan remehkan aku. Jika engkau izinkan, akan aku tunjukkan bahwa Saad adalah putra seorang ayah yang gagah berani.”

Nasibah terperanjat. Ia memandangi putranya. “Kau tidak takut, nak?”
Saad yang sudah meloncat ke atas kudanya menggeleng yakin. Sebuah senyum terhias di wajahnya. Ketika Nasibah dengan besar hati melambaikan tangannya, Saad hilang bersama utusan itu.

Di arena pertempuran, Saad betul-betul menunjukkan kemampuannya. Pemuda berusia 13 tahun itu telah banyak menghempaskan banyak nyawa orang kafir. Hingga akhirnya tibalah saat itu, yakni ketika sebilah anak panah menancap di dadanya. Saad tersungkur mencium bumi dan menyerukan, “Allahu akbar!”
Kembali Rasulullah memberangkatkan utusan ke rumah Nasibah. Mendengar berita kematian itu, Nasibah meremang bulu kuduknya. “Hai utusan,” ujarnya, “Kausaksikan sendiri aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diri yang tua ini. Untuk itu izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang.”
Sang utusan mengerutkan keningnya. “Tapi engkau perempuan, ya Ibu….”
Nasibah tersinggung, “Engkau meremehkan aku karena aku perempuan? Apakah perempuan tidak ingin juga masuk surga melalui jihad?”

Nasibah tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut. Ia bergegas saja menghadap Rasulullah dengan kuda yang ada. Tiba di sana, Rasulullah mendengarkan semua perkataan Nasibah. Setelah itu, Rasulullah pun berkata dengan senyum. “Nasibah yang dimuliakan Allah. Belum waktunya perempuan mengangkat senjata. Untuk sementra engkau kumpulkan saja obat-obatan dan rawatlah tentara yang luka-luka. Pahalanya sama dengan yang bertempur.”

Mendengar penjelasan Nabi demikian, Nasibah pun segera menenteng tas obat-obatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur. Dirawatnya mereka yang luka-luka dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba terciprat darah di rambutnya. Ia menegok. Kepala seorang tentara Islam menggelinding terbabat senjata orang kafir.
Timbul kemarahan Nasibah menyaksikan kekejaman ini. Apalagi waktu dilihatnya Nabi terjatuh dari kudanya akibat keningnya terserempet anak panah musuh, Nasibah tidak bisa menahan diri lagi. Ia bangkit dengan gagah berani. Diambilnya pedang prajurit yang rubuh itu. Dinaiki kudanya. Lantas bagai singa betina, ia mengamuk. Musuh banyak yang terbirit-birit menghindarinya. Puluhan jiwa orang kafir pun tumbang. Hingga pada suatu waktu seorang kafir mengendap dari belakang, dan membabat putus lengan kirinya. Ia terjatuh terinjak-injak kuda.

Peperangan terus saja berjalan. Medan pertempuran makin menjauh, sehingga Nasibah teronggok sendirian. Tiba-tiba Ibnu Mas’ud mengendari kudanya, mengawasi kalau-kalau ada korban yang bisa ditolongnya. Sahabat itu, begitu melihat seonggok tubuh bergerak-gerak dengan payah, segera mendekatinya. Dipercikannya air ke muka tubuh itu. Akhirnya Ibnu Mas’ud mengenalinya, “Istri Said-kah engkau?”

Nasibah samar-sama memperhatikan penolongnya. Lalu bertanya, “bagaimana dengan Rasulullah? Selamatkah beliau?”
“Beliau tidak kurang suatu apapun…”
“Engkau Ibnu Mas’ud, bukan? Pinjamkan kuda dan senjatamu kepadaku….”
“Engkau masih luka parah, Nasibah….”
“Engkau mau menghalangi aku membela Rasulullah?”

Terpaksa Ibnu Mas’ud menyerahkan kuda dan senjatanya. Dengan susah payah, Nasibah menaiki kuda itu, lalu menderapkannya menuju ke pertempuran. Banyak musuh yang dijungkirbalikannya. Namun, karena tangannya sudah buntung, akhirnya tak urung juga lehernya terbabat putus. Rubuhlah perempuan itu ke atas pasir. Darahnya membasahi tanah yang dicintainya.

Tiba-tiba langit berubah hitam mendung. Padahal tadinya cerah terang benderang. Pertempuran terhenti sejenak. Rasul kemudian berkata kepada para sahabatnya, “Kalian lihat langit tiba-tiba menghitam bukan? Itu adalah bayangan para malaikat yang beribu-ribu jumlahnya. Mereka berduyun-duyun menyambut kedatangan arwah Nasibah, wanita yang perkasa.”

Wallahu a`lam bis-shawab

sumber: http://www.facebook.com/#!/?sk=messages&tid=1318353722555
Continue reading »»

Senin, 04 Januari 2010

Menghilangkan ikon palu dan obeng pada tampilan blogspot

Bismillahirrohmaanirrohim.

Ketika pertama kali menggunakan blogspot dan memposting, kita sering akan melihat ikon obeng dan palu di blog kita.
Ini membuat tampilan serasa tidak nyaman untuk dilihat.
Sedikit berbagi tips yang saya dapat dari www.blog-modification.blogspot.com
Inilah langkah-langkahnya:

1. Login ke akun blogspot-mu
2. Klik Tata Letak - Edit HTML

3. Centang Expand Template Widget
4. Cari kode

5. Tepat diatas kode tersebut sisipkan (tanpa tambahan kode /head)

6. Jangan lupa disimpan dan coba lihat perubahan blog anda.

Moga-moga bermanfaat.

.:Creation on fire:.
Continue reading »»

Image Processing bab 1 dan bab 2

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Untuk lebih mudah untuk mengingat dan hafalannya tidak cepat hilang maka salah satu caranya adalah dengan menulisnya pada suatu media.
Kali ini saya akan coba curahkan apa yang saya pelajari dari matakuliah Grafika dan Pencitraan Sesi Image Processing bab 1 dan bab 2.

1. Pengantar Pengolahan Citra
Pengolahan citra= memproses suatu citra sehingga menghasilkan citra yang sesuai dengan keinginan kita atau kualitasnya menjadi lebih baik.
Di dalam bidang komputer ada 3 bidang studi yang berkaitan dengan citra, namun tujuan ketiganya berbeda, yaitu:
- Grafika Komputer
- Pengolahan Citra

- Pengenalan Pola
Operasi dalam pengolahan Citra, yaitu:
- Image Enhancement
- Image Restoration
- Image Compression
- Image Segmentation
- Image Analysis
- Image Reconstruction

2. Pembentukan citra digital
Cara mengukur besarnya size file dari citra digital yaitu jika diketahui ukuran foto m inch x n inch, z dpi, dan 2^y colors yaitu:
Ukuran citra digital= jumlah dot(pixel) x jumlah bit/pixel
jumlah pixel = (m * z) *(n*z)
jumlah bit/pixel= y
ukuran citra digital= jumlah pixel * jumlah bit/pixel bit

Tiap file bitmap terdiri dari:
- file header sebesar 14 bytes
- bitmap header sebesar 40 bytes
- color map (untuk citra kurang dari 24 bit)

Halftoning dan dithering

Halftoning:metode untuk mencetak sejumlah besar warna dengan rentang warna perangkat yang terbatas.
Dithering: teknik untuk melakukan pendekatan halftoning dengan meminimalkan penurunan resolusi.

Beberapa teknik Dithering:
- Average Dithering
- Ordered Dithering
- Dither Noise
- Error Diffuision

Algoritma error Diffusion:


for i:=1 to m do
for j:=1 to n do

-Tentukan intensitas tersedia Ik-
-yang terdekat dengan nilai Mi,j-
Ii,j:= Ik;
err:=Mi,j-Ii,j;
Mi,j+1:=Mi,j+1+α.err;
Mi+1,j-1:=Mi+1,j-1+β.err;
Mi+1,j:=Mi+1,j+γ.err;
Mi+1,j+1:=Mi+1,j+1+δ.err;


.:mari terus belajar:.

Continue reading »»

Gerakan 30 Menit



Bismillahirrohamaanirrohim.
Untuk awalan dalam blog ini, saya teringat sebuah metode/ajakan/program yang dilontarkan oleh salah seorang teman yang berjudulkan "Gerakan 30 Menit".

Gerakan 30 Menit yaitu:

10 Menit Membaca


10 Menit Menulis
10 Menit Diskusi


Mungkin bagi siapapun yang ingin mencoba. mangga dimulai dengan hal yang sederhana (termasuk saya).
Eh, sudah berapa menit ya saya menulis??
Hehehe...

Yah, apapun kontennya ayo kita mulai!

-Dinamis dan mendinamisasikan-
.:BlackFlame:.
Continue reading »»